Minggu, 01 Januari 2023

Berbicara Mengenai Cinta dan Tuhan dari Lagu-Lagu Letto

 

Mungkin teman-teman millenial banyak yang lupa band satu ini dan sebagian yang lain mungkin ingat band ini dengan sinetron Sebelum Cahaya dan Intan yang pernah mengudara di layar televisi kita. Ya, betul. Mereka adalah Letto, sebuah band yang berasal dari Yogyakarta dan mengudara bebarengan dengan beberapa musisi yang sangat terkenal di eranya seperti D’masiv, Peterpan, Nidji, Zigaz, Yovie and Nuno, dan lain-lain. Letto dan beberapa musisi ini sangat ramah di telinga anak-anak 2000-an ke atas, termasuk aku yang sudah mengikuti mereka dari lagu Sebelum Cahaya atau album kedua mereka bertajuk Don’t Make Me Sad di tahun 2007. Aku merupakan penggemar Letto, aku sangat menyukai lagu-lagu mereka. Sepertinya Letto turut membentuk aku bagaimana aku menyikapi soal Cinta saat aku SD dan Tuhan saat aku sudah menginjak di umur 20-an saat ini.


2007, saat itu aku masih kelas 3SD. Waktu itu, aku pernah jatuh cinta dengan teman sekelasku. Agak lebay ya bocah kelas 3 SD udah bilang jatuh cinta. Aku suka sama teman sekelasku. Aku tengah bersandar di daun pintu kelasku menunggu seraya memperhatikan satu per satu siswa menuntun sepeda kayuh mereka melewati kelasku karena belakang kelasku merupakan parkiran sepeda siswa. Lalu tak lama dia datang, aku melihatnya sudah seperti dalam scene sinetron, rambutnya yang terurai sebahu mendadak ditiup angin yang sangat kencang. Aku melihat hal itu langsung terhipnotis dan seperti ada malaikat yang menancapkan rasa suka ini kepadanya tapi beruntungnya, cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Rasa sukaku diterima ketika kelas 6SD, dengan terpaksa hahaha dan hanya bertahan seharian. Lalu kami balikkan ketika kelas 1SMP tapi kali ini lebih lama.


Sorenya ketika aku masih di kelas 3 SD, aku pulang ke rumah dan menonton MTV, sebuah acara televisi yang menayangkan lagu-lagu terkini dan muncul lah saat itu Letto dengan single berjudul Sebelum Cahaya. Nadanya yang begitu menyihir. Saat itu aku bodoh sekali karena aku menikmati lagu mereka karena nada mereka sangat lembut dan berhasil menunjukkan bahwa rasa cinta itu terdengar sangat lembut. Aku bahkan hanya asal menyanyikan lirik mereka tanpa memahami lebih dalam. Pengetahuanku mengenai musik hanya sekedar “Oh ini lagunya bagus didengar, oh yang ini tidak enak didengar” sampai hingga detik ini. Tapi yang berbeda, kali ini aku mencoba lagi memahami lirik lagu Letto dan anehnya, dulu waktu aku belum paham mengenai lirik lagunya, aku selalu menganggap lagu-lagunya berbicara mengenai cinta padahal setelah aku membaca lagi dan lagi lirik lagunya, aku menemukan bahwa Letto adalah band semi-religi karena di lagu Sandaran Hati, Lubang di Hati dan Fatwa Hati liriknya berbicara mengenai Manusia dan Tuhan.


Nah, di kesempatan kali ini, aku akan membedah makna dari lirik tiga lagu Letto, yaitu Sandaran Hati, Lubang di Hati, dan Fatwa Hati. Tulisan ini aku buat dengan pengalaman spiritualku sendiri, aku tidak menggunakan teori yang berat-berat, yang digunakan oleh filsuf-filsuf Yunani.

SANDARAN HATI

Un sftuk liriknya kalian bisa cek di sini yaaa “Lirik Sandaran Hati” wkwk. Kepanjangan kalo nulis di sini. Di salah satu acaranya Mbah Nun atau akrab dipanggil Cak Nun, Mas Noe pernah bilang kalau Sandaran Hati itu ditulis saat lagi depresi-depresinya. Itulah kenapa lirik di lagu ini sedikit depresif.

 

Ada beberapa penggalan lirik lagu yang sampai saat ini masih terngiang dan sedikit relatable.

 

“Aku dan nafasku, merindukanmu”.

 

“Aku dan nafasku…” bisa diartikan secara harafiah atau makna lain seperti aku dan hidupku. Lalu “…merindukanmu”, di jurusanku ada yang bilang “-mu” pada kata “merindukanmu” merupakan sebuah suffix yang merujuk pada kata ganti kedua “kamu”. Nah, “merindukanmu” di sini merindukan siapa? Menurutku “Merindukanmu bisa saja “Merindukan-Mu” yang berarti rindu dengan Tuhan. Ini sangat relate denganku karena jujur, aku sudah capek dengan yang namanya hidup. Jadi, bawaannya aku selalu merindukan Tuhan.

 

Tuhan lagi-lagi disebut dalam penggalan lirik berikutnya.

 

“Terpurukku di sini, teraniaya sepi.

dan ku tahu pasti, kau menemani.

Dalam hidupku, kesendirianku”.

 

Dari penggalan lagu ini terlihat sangat jelas, bukan? Bahwa lagu ini terdengar begitu depresif. Jadi, sehancur-hancurnya hidupku, sepayah-payahnya aku menjalani kehidupan, aku tahu kok Tuhan pasti menemani. Aku juga sama-sama merasakan kesepian belakangan ini. Merasa selalu sendiri.

 

 

“Teringat kuteringat

 

Pada janjimu kuterikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati

 

 

 

Peduli kupeduli

 

Siang dan malam yang berganti

 

Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati”
 
Di sini banyak Plettonic (Fans band Letto) mengartikan penggalan lirik “Hanya sekejapku berdiri, kulakukan sepenuh hati” sebagai hanya sekejap aku berdiri dalam sholatku, kulakukan setiap gerakan sholat sepenuh hati. Bisa setuju, bisa engga sih ya. Aku menangkap penggalan lirik lagu ini seperti Aku ingat sama yang Allah janjikan. Jodoh, Harta, dan semua hal duniawi. Pada janji itu aku terikat hingga waktunya tiba. Dalam hidup, walau sekejap aku berusaha berdiri dan hidup tidak mau membiarkanku berdiri, aku selalu lakukan dengan sepenuh hati. Semuanya gak berarti kalau menjadikan Allah sebagai sandaran hati.
 

“Inikah yang kau mau

Benarkah ini jalanmu
Hanyalah engkau yang kutuju
 
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirmu
Dalam gelapnya
Malam hariku”
 
Dalam hidupku, aku pernah bertanya dan ragu bahwa apakah benar ini adalah hidup yang aku jalani, apakah semua keputusanku selama ini adalah keputusan yang benar? Aku cuman pasrah, cuman Allah yang aku tuju. Aku juga pernah merasa hilang arah. Gak tau mau kemana dibawa hidupku pasca lulus kuliah. Melamar kemana-mana juga lebih sering ditolak. Jadi, aku meminta ke Allah untuk bimbing aku, ke arah-Nya karena aku juga gak bisa apa-apa tanpa-Nya.
 
Kesimpulannya, lagu ini merupakan sebuah curhatan seorang hamba-Nya yang penuh dosa ketika depresi sehingga dia sangat ingin meminta pertolongannya. Tapi selain Tuhan, dulu ketika lagu ini dirilis, aku sempat mengira ini sebuah permohonan kepada pacar. Jadi, seperti penggalan lirik reff-nya. Siang malam itu gak berarti kalau Doi adalah sandaran hati.

 

Lubang di Hati

Untuk liriknya, ada di sini juga ya, rek. “Lirik Lagu Lubang di Hati”.

Aku menangkap lagu ini adalah sebuah curhatan tentang kekosongan hati seorang hamba dan meminta ke Tuhannya untuk memberikan jawaban apa yang dapat mengisi lubang di hatinya.

Sebagai manusia yang terlahir di bumi, aku tidak pernah menyesali apa yang sudah Tuhan kasih ke aku tapi tetap aja aku merasa ada yang kosong. Lalu aku cari pacar, siapa tau dapat mengisi kekosongan hati ini. Lalu muncul pertanyaan “Sebenarnya yang aku butuhkan apa sih? Pacar atau Tuhan? Mana yang dapat mengisi kekosongan ini?” persis seperti penggalan lirik lagunya.


“Tak pernah aku menyesali yang ku punya
Tapi ku sadari ada lubang dalam hati

Ku cari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini
Ku menanti jawaban apa yang dikatakan oleh hati

Apakah itu kamu apakah itu dia
Selama ini ku cari tanpa henti
Apakah itu cinta apakah itu cita
Yang mampu melengkapi lubang di dalam hati”.

Ternyata setelah punya pacar, aku masih merasa kosong. Aku menyadari bahwa bukan itu yang aku cari. Mencari sesuatu yang dapat mengisi hati itu capek loh, rek. Hidup itu MELELAHKAN. Tapi aku gak mau berhenti karena aku yakin Allah masih mau aku terus hidup. Persis kayak penggalan lirik ini.

“Ku mengira hanya dialah obatnya
Tapi ku sadari bukan itu yang kucari

Ku teruskan perjalanan panjang yang begitu melelahkan
Dan ku yakin kau tak ingin aku berhenti”

Hal yang aku suka dari lagu ini adalah ketika kalimat ini muncul.
“Ku teruskan perjalanan panjang yang begitu melelahkan dan ku yakin kau tak ingin aku berhenti”. Kayak relate banget sama aku. Aku benar-benar merasa capek. Hidup itu bikin capek tapi di satu sisi aku gak mau berhenti. Gak tau kenapa.

Fatwa Hati

 
 Hal yang membuatku relate dari lagu ini adalah dari satu penggalan liriknya.

“Jika nanti saat kau sendiri
Temukanku di fatwa hatimu”.

Aku tuh selalu merasa kesepian, seperti yang aku bilang sebelumnya. Kayak gak ada siapapun yang bisa menolong aku. Yang bisa menolong aku adalah aku sendiri. Iya, kan? Tapi di satu sisi aku gak perlu khawatir karena kadang kalo aku lagi alim ya wkwk. Aku gak merasa kesepian lagi loh. Aku percaya Dia ada selalu di sisi aku.

Aku juga pernah mengingat salah satu ayat Al-Qur’an yang bilang kasarannya seperti ini “Aku tidak sejauh yang kamu pikir. Aku tidak hanya ada di langit. Aku sedekat matamu dengan hatimu. Jika kau ingat akan-Ku, maka rasakan hatimu karena ada Aku di sana”. Dari pengalaman spiritual, jelas penggalan lirik lagu ini sangat mewakili apa yang aku rasakan.

Kalau kalian, kalian ada gak sih Band yang turut berkontribusi membuat kalian terhubung secara emosional? Kalau aku, Letto. Apa yang aku tulis di sini BUKAN sesuatu yang MUTLAK kebenarannya karena semua yang aku tulis adalah berdasarkan apa yang aku rasakan. Jadi, kalian boleh setuju, boleh engga. Namanya juga pengalaman, kan gak semua orang mengalami pengalaman spiritual yang sama dan gak semua orang berasal dari level spiritual yang sama pula dan hal itu sangat tidak apa-apa jika kalian merasakan hal yang berbeda dari apa yang aku tulis di sini.


Tulisan ini aku buat sebagai surat cintaku kepada Letto sebagai band yang sudah aku kagumi sejak SD, sampai Letto pernah dibuatkan mini serinya sendiri yang aktornya dibintangi oleh crew band-nya masing-masing, sampai nonton sinetron Intan dan Sebelum Cahaya, sampai mendengar kabar Mas Sabrang menikah. Tapi aku bukan fans yang sefanatik itu sih. Aku adalah Plettonic yang biasa-biasa aja wkwkwk.


Semangat mas-mas.e

Aku menunggu lagu terbaru mas-mas.e muncul lagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar