Aku merupakan seorang yang imaginatif, teman-teman. Aku bisa berimajinasi seliar-liarnya sehingga aku dulu banyak membuat karakter-karakter fiktif. Dulu aku menganggapnya wajar setelah menonton Toy Story dimana Andy juga melakukan hal yang sama. Tetapi monster satu ini sepertinya sudah mendekam lebih lama dan akhirnya berhasil menjadi representasi dari EGO-ku.
Aku menciptakannya waktu SMP. Garuda. Makhluk setengah manusia setengah elang. Aku dulu membayangkannya sebelum menjadi Garuda, dia menjadi Griffin (Makhluk gabungan Elang, Kuda, dan Singa. Ada di salah satu film Harry Potter). Dulu aku membawa kabar ke teman-teman SMP bahwa aku memiliki khodam bernama Garuda. Agar apa? Agar terlihat keren. Agar aku bisa diperhatikan oleh teman-temanku di SMP. Sampai suatu waktu, aku terlalu gembira dengan imajinasiku sendiri sehingga aku tidak sadar bahwa dia menjadi hidup dan pernah terhasut oleh kekuatan besar miliknya.
Waktu itu, aku diberi amanat menjadi wakil ketua kelas bersama
temanku, Pandu. Karena aku merasa paling berkuasa dan kelas juga lagi ramai-ramai. Aku diam-diam mencatat nama mereka satu per satu yang ramai lalu aku kasih ke guru killer. Akhirnya, mereka yang disebut di kertas dihukum. Aku melakukan itu berulang kali hingga aku diminta Papa untuk bertemu di ruang guru mengenai keegoisanku. Semenjak itu, aku diceramahi oleh Papa hingga seminggu.
Aku menulis paragraf di atas sambil tutup mata hahaha. Mengingat betapa memalukannya dan sok sokannya diriku dulu.
“Hahahaha, Aku pun ingat kejadian itu!” Ucap makhluk besar yang terperangkap dalam penjara besi raksasa di belakangku.
“Kau ini bisa diam gak sih, Burung?!” Aku menghadapkan tubuhku menghadap langsung di depannya.
Teknik Duplikat : Monkey D. Luffy!
Haoshoku Haki! (Conqueror Haki) mataku membelalak tajam ke arahnya. Sebuah gelombang kejut yang akan membuat pingsan siapa saja yang dilewatinya.
“Punya Luffy, ya? TIDAK MEMPAN! HAHAHAH” Dia tertatwa dengan sangat kencang ketika Conqueror Haki tidak mempan terhadapnya.
“Kau tau kenapa? Dia mendekatkan wajahnya ke jeruji besi, menghadap ke arahku.
“Karena AKU TERCIPTA UNTUK MEMBESAR DAN LEBIH KUAT HAHAHAHA! Karena aku, Egomu, Za! Egomu! I am your ego!”.
“Aku tau, aku tau.” Balasku.
Aku tau dia adalah representasi dari egoku. Egoku sendiri yang kadang kala dipandang jelek oleh beberapa orang. Seperti yang kualami beberapa bulan belakangan. Mama kan punya toko klontong serta menjadi agen air isi ulang. Namanya agen air isi ulang pasti kerjaannya mengangkat galon. Aku kuat mengangkat galon. Cuman satu hal yang membuatku peka terhadap egoku adalah ada satu pria, belum om-om, beli isi ulang di tokoku. Oke, aku mengisi ulangkan galonnya. Aku mengira ketika selesai aku isi ulang galon miliknya, dia bakal membantuku mengangkat galonnya. Ternyata dia malah duduk di motor miliknya, seakan dia menganggapku seperti “pembantu”. Di situ, aku merasa lebih peka terhadap egoku.
“ANGKAT SENDIRI SANA! ENAK AJA!” Teriakan Garuda menggaung di ruang pikiranku.
Sudah telat jika harus menghapuskan Garuda dari hidupku. Cepat atau lambat, aku harus menundukkannya. Karena beberapa hari belakangan aku merasa egoku mulai berteriak hingga melukai hati orang. Aku teringat dengan apa yang bang Hasan Askari bilang bahwa seorang yang hebat dan bisa melampaui dirinya sendiri adalah orang yang bisa mengalahkan egonya. Maka dari itu, aku ingin melampaui batasanku sendiri!
“Aku sudah lama mendiamkanmu di sini. Aku juga tidak munafik. Aku ya membutuhkanmu tapi tidak dalam kondisi dirimu yang seperti ini. Maka aku mohon, Garuda…”
“Tunduklah!”.
Bersambung….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar