Setelah bertemu dengan Minotaur , aku sering memikirkan banyak hal, terutama tentang waktu. Semakin tua, aku semakin membenci suatu hal yang seharusnya membuatku bahagia. Ulang tahun, tahun baru, hari raya Idul Fitri, reuni sekolah seharusnya merupakan hal yang menyenangkan karena kita dapat bertemu banyak teman dan saudara, menjadi sesuatu yang aku benci saat ini.
“Eh, Kamu kerja dimana sekarang?”
“Kamu udah dapet kerja belom?”
“Selama beberapa tahun ini kamu ngapain aja?”
Merupakan pertanyaan-pertanyaan yang paling aku benci di setiap momen-momen yang sudah aku sebut di atas. Kehadirannya begitu memuakkan dan memekakkan telinga. Pada ulang tahunku yang terakhir, aku justru merasa itu sebuah checkpoint, seperti aku merasa dituntut untuk melakukan sesuatu. Di hari raya Idul Fitri dan tahun baru pun juga sama. Idul Fitri dan tahun baru serasa seperti ujian akhir semester dimana kita menunjukkan hasil dari apa yang kita kerjakan selama ini.
Minotaur memang benar, aku salah mengira waktu itu berjalan maju ternyata berjalan mundur dan deadline-nya ada di momen-momen itu untuk menunjukkan perkembanganku selama ini. Ada yang mulai serius melangkah ke jenjang pernikahan, ada yang mulai bekerja secara professional, ada yang sudah membangun usaha sedangkan aku masih di sini saja. Berjalan di tempat, mencoba memahami waktu dan aku sendiri.
Aku melangkah menuju cermin lalu aku duduk bersila di depan cermin itu.
“Halo, Za. Ayo bicara sebentar” Refleksiku di cermin mulai berbicara kepadaku.
“Yuk” Ucapku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar