Minggu, 01 Januari 2023

Memahami Tuhan dengan Memahami Diri Sendiri

 DISCLAIMER!!!

Di sini aku tidak ingin menggurui dan memberikan kalian sebuah nasehat bagaimana Tuhan itu bagi sebagian orang mungkin sulit untuk dipahami dan sebagian yang lain mudah. Aku juga bukan seorang yang religius, sholatku masih belum lengkap, dosaku juga masih banyak. Di sini aku akan membagikan pengalaman spiritualku sampai akhirnya aku mulai paham dari kata-kata “Jika kamu ingin mengenal Tuhanmu maka, mulailah kenali dirimu sendiri”. Aku tahu cara beribadah setiap orang pada setiap agama itu berbeda-beda dan cara mengenal Tuhan secara personal pun juga berbeda-beda dan itu tidak apa-apa. Aku sangat menghargai apapun yang kalian percayai.

 
1. Awal dari Semuanya
Awal aku bertemu dengan-Nya dan mengakui-Nya adalah saat aku SMP menuju SMA. Di saat SMP, aku masih hilang arah. Aku tidak tahu apa gunanya aku sholat.

“Untuk apa sholat?” 
pikirku saat itu dengan segala kedunguanku.

Lalu di satu waktu, pada waktu mengaji, Mas Ustadzku bilang ke aku bagaimana besarnya Tuhan jika dibandingkan dengan ciptaannya. Mas Ustadz bilang bahwa satu helai bulu dari satu sayap Jibril dapat menutupi bumi. Lalu beliau bilang tinggi singgasana Allah itu setinggi 7 langit. Yang Islam pasti tahu bahwa Al-Qur’an itu multitafsir, maksudnya bisa memiliki lebih dari satu makna. Kata langit apa yang Mas Ustadz bilang bisa saja sesederhana langit yang bisa kita lihat, langit juga bisa berarti galaksi, langit juga bisa berarti semesta, atau langit bisa merujuk pada langit yang hanya dimengerti Tuhan aja. Dari situ aku terus kepikiran, terus membandingkan, dan mencoba tahu Tuhan itu seberapa besar hingga diujung berpikirku, aku mulai kelelahan. Kepalaku terasa berat dan sangat pusing seperti mesin yang dipaksa untuk terus bekerja dengan keras.

Singkat cerita, malamnya aku tidur. Aku sangat ingat jelas mimpiku saat itu. Di depan gang rumah, terdapat bazar malam. Di sana ada banyak macam penjual. Dari penjual sosis bakar, odong-odong, hingga penjual alat elektronik yang ditaruh berjejer di atas karpet biru.  Aku ke sana dengan Mama, dan adekku. Adekku sangat antusias mengajakku untuk menemaninya menaiki odong-odong. Awalnya aku menolak karena tubuh gemuk dan berumur 16 tahun sepertiku ini masa iya kuat dan tidak punya malu untuk menaiki odong-odong?. Dengan terpaksa, aku mengiyakan dan akhirnya menemani adekku menaiki odong-odong. Di saat aku tengah asik menikmati odong-odong ini, di tiang listrik, terlihat seorang anak remaja, mungkin lebih dewasa dariku. Aku tidak bisa melihat wajahnya seperti apa, dia memakai jaket hoodie berwarna abu-abu. Tangannya menunjuk ke arahku. Meskipun aku tidak bisa melihat raut wajahnya, aku bisa merasakan ada aura kemarahan darinya.

“Kamu sudah meng-hack sistem Tuhan” katanya. Ucapannya tidak keras tapi sepertinya suaranya langsung masuk di kepalaku, seperti telepati. Mataku terbelalak mendengar hal itu. Lalu aku terbangun dan tidak percaya dengan apa yang aku lihat di mimpi.


Dari kejadian itu, untuk pertama kalinya aku mengakui dan mengucapkan kalimat “La ilaha illallah” artinya Tiada Tuhan selain Allah. Dari kejadian itu, aku mengakui bahwa Tuhan itu ada! Dari titik itu, aku mulai berkenalan dengan Psikologi dan sangat antusias dengan topik Analisa dan Tafsir Mimpi.


2. Kita ingin Direspon seperti apa?

Selain mencari kerja selepas lulus, aku membantu Mama berjualan. Dari berjualan, aku berjumpa dengan beraneka macam orang-orang haha. Dari baik sampai yang benar-benar kelihatan boroknya. Aku semakin membenci beberapa manusia di saat aku yang menjaga toko. Aku paling benci ya sama pembeli yang cuman beli barang tidak sampai sepuluh ribu rupiah tapi memberiku uang lima ribu rupiah atau paling parahnya seratus ribu rupiah apalagi kalau minta kembaliannya recehan atau puluhan dan lima ribuan. Tapi tidak semua pembeli begitu. Ada yang ramah, ada yang suka ngutang, ada yang perhitungan, uang kembaliannya kurang seratus rupiah aja dibuat masalah besar, ada.


Dalam menonton film bersama teman-teman pun banyak macamnya. Ada temenku, yang memang aku tahu, merupakan seorang yang sangat peduli dengan temannya tapi kepedulian yang dia miliki melampaui batas sampai dia tidak sadar memberikan suatu judgement tertentu yang mungkin akan menyakiti temannya, ada juga teman nonton film yang kalau diajak menonton ramai banget dan mengajak diskusi di tengah-tengah film hingga terasa mengganggu, ada juga temen yang mengajakku hanya untuk meramaikan suasana tapi aslinya dia tidak menginginkanku berada di sana.


Dari bermacam-macam interaksi yang telah aku lakukan dengan banyak orang, aku jadi sadar bahwa sebenarnya aku ingin direspon atau merespon seperti apa dan aku ingin diperlakukan dan memerlakukan seseorang itu seperti apa. Aku menyadari bahwa mengharapkan suatu respon seperti yang kita inginkan ke manusia hanya akan selalu membawa kepada sebuah kekecewaan. Ini juga didukung oleh ceramahnya Ustadz Hanan Attaki, mudahnya beliau bilang bahwa Manusia itu sumber kecewa jika berharap kepada mereka, sedangkan Allah SWT itu sumber kebahagiaan dan akan selalu menemukan jawabannya.


Dari banyak interaksi, aku bisa menyimpulkan bahwa ketika aku minta ke Tuhan, aku ingin jawaban langsung. Aku ingin sebuah jawaban nyata yang mungkin akan direpresentasikan oleh sebuah simbol-simbol atau tanda-tanda yang hanya aku dan Tuhan yang tahu dan aku berpikir bahwa Tuhan selalu betul tahu bagaimana cara merespon pertanyaan, doa, ataupun permintaanku tanpa membuat hamba sepertiku tidak kecewa. Lucu ya, Tuhan selalu ingin membuat hamba-Nya kecewa tapi aku selalu merasa telah mengecewakan-Nya.


3. Kejadian yang tidak terduga.

Beberapa dari kalian mungkin percaya sama yang namanya keajaiban, beberapa juga mungkin percaya bahwa keajaiban hanya berlaku di film dan cerita dongeng aja. Aku berada di sisi kelompok yang percaya bahwa keajaiban itu ada, walaupun aku tahu keajaiban itu datang dari sebuah kebetulan dan bisa dipikir secara logis.


Waktu itu aku habis sidang proposal skripsi, aku dapat nilai jelek waktu itu karena proposal skripsiku jelek banget, objek yang aku teliti waktu itu kurang cocok dengan teori yang aku terapkan. Lalu aku diberi pilihan, ganti teori atau ganti objek. Aku memutuskan untuk mengganti objek karena aku tidak ingin kehilangan dosen yang sudah menjadi targetku menjadi dosen pembimbing skripsi nanti. Aku langsung cari objek untuk skripsiku, akhirnya dalam waktu seminggu, aku menemukan objek yang baru, yaitu seri “Brooklyn Nine-Nine” yang hanya bisa diakses melalui Netflix.  Saat itu, aku tidak punya cukup uang untuk berlangganan. Tidak ada sepatah, dua kata dari mulutku terucap untuk berlangganan Netflix, tiba-tiba malam harinya, temanku ada yang menawari dan uji coba akun Netflix. Entah dia dapat darimana, dia minta aku untuk menjadi kelinci percobaan akun Netflix-nya. Saat itu, aku langsung mengerti bahwa aku sedang susah dalam finansial untuk berlangganan Netflix. Kalau dipikir logis ya, mungkin saja ini sebuah kebetulan dari temanku yang ingin mencari seseorang untuk diuji coba akun Netflix-nya dan terpikirlah aku karena mungkin menurutnya, aku merupakan salah satu temannya yang sangat menyukai film. Hebat ya? Tanpa aku meminta, Tuhan itu peka banget sama masalahku yang pada dasarnya sepele banget lho itu. Cuman minta akun Netflix doang. Sepele banget kalo dibandingkan sama Nabi yang dibelah lautnya oleh Tuhan.


Satu kejadian lagi yang aku alami akhir-akhir ini dan membawaku menyelam ke belakang industri film. Jadi, saat itu banyak sekali film-film Indonesia yang digadang-gadang menjadi tontonan yang bagus dan pernah juga masuk ke Festival Film bergengsi di luar negeri seperti Yuni dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Waktu itu, aku cuman ingin menonton Paranoia, lalu Akhirat a Love Story, Kadet 1947, Yuni, dan Seperti Dendam. Lha kok malamnya, Dhanang, temanku, menelponku dan menawari tiket gratis menonton film Paranoia. Siapa yang akan menolak tiket gratisan kan hahaha. Aku gas aja waktu itu. Dari situ, aku mulai berkenalan dengan dua komunitas film terbesar di Jawa Timur. Dari situ, aku mulai dapat tiket nonton film gratis seperti Kadet 1947, dan Akhirat a Love Story. Keinginanku untuk menonton film Indonesia ini bukan merupakan prioritas doa-ku. Aku tidak dapat menontonnya pun tidak masalah tapi lagi-lagi Tuhan mewujudkan keinginanku tanpa aku sebut. Bisa saja waktu itu, memang Dhanang lagi kebetulan kepikiran bahwa aku adalah salah satu temannya yang antusias dalam menonton film.


Jadi, inilah perjalananku mencoba mengenal lebih jauh tentang diriku sendiri yang barangkali akan membawaku dan mengenalkan lebih jauh tentang Tuhan sendiri. Dari cerita-cerita seperti ini, aku jadi semakin yakin bahwa Tuhan lebih sering berinteraksi dengan kita dengan cara yang kita inginkan dan tidak kita duga-duga, yang barangkali sering kita lewatkan begitu saja. Aku yakin buat semua orang yang masih percaya adanya Tuhan, mampu mengenal kapan Tuhan sedang berinteraksi dengan kalian melalui hadiah, jawaban doa, atau tanda-tanda lain yang hanya kalian dan Tuhan sendiri yang tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar